Delay Tolerant Network adalah jaringan (komputer) yang toleran atau tidak
mempermasalahkan delay (waktu tunda). Pada jaringan dengan DTN, meskipun delay
dalam jaringan cukup tinggi, jaringan DTN tetap dapat bekerja.
Memangnya jaringan yang ada sekarang tidak toleran
terhadap delay? Jawabannya adalay “YA”. TCP/IP sebagai protokol yang paling
banyak digunakan dalam dunia jaringan komputer, tidak akan dapat bekerja
apabila terjadi delay yang cukup lama dalam jaringan. Supaya protokol TCP/IP
dapat bekerja, mengirimkan paket dari satu node ke node yang lain, maka
syarat-syarat yang harus dipenuhi jaringan adalah sebagai berikut:
- Ada koneksi end-to-end antara pengirim dan tujuan
yang kontinyu dan bidirectional
- Short round trips, artinya waktu yang diperlukan
untuk mengirim paket dari pengirim ke tujuan yang tidak terlalu lama.
Ordenya mili second (ms).
- Low Error Rates, tingkat kesalahan pengiriman
yang kecil.
Pada Internet misalnya, ketiga syarat di atas harus terpenuhi. Misalkan kita ingin mengirim data ke server Facebook di Amerika, maka harus ada koneksi end-to-end yang selalu tersedia (tidak boleh putus) antara komputer kita dengan server facebook di Amerika. Tentu saja koneksi end-to-end ini biasanya melewati beberapa router hingga sampai ke tujuan. Kalau koneksi kita putus di suatu tempat, misalnya router di Jepang mati karena terkena badai, maka koneksi Internet akan putus. Walaupun biasanya sistem akan mencarikan rute lain dalam rangka menuju ke Amerika (lewat Eropa misalnya), tetapi seandainya semua rute gagal, maka koneksi Internet akan putus. Semua paket yang sudah terkirim, tetapi belum sampai tujuan akan dibuang atau di “drop”.
Apabila jaringan putus, tetapi pengirim masih
terus-menerus mengirim paket (misalnya pada koneksi UDP), maka paket-paket tersebut
juga akan dibuang. Selanjutnya, ketika koneksi sudah kembali normal,
proses pengiriman paket harus dimulai dari awal. Ilustrasi proses pengiriman
data pada TCP/IP saat terjadi gangguan pada salah satu node ini ditunjukkan
dalam Gambar 1.
(Pengertian pengiriman data harus dimulai dari awal
disini adalah di tingkatan paket per paket, bukan file. Pada pengiriman data,
file akan dipecah menjadi paket-paket data. Pada tingkat file, sudah ada
aplikasi semacam Internet Download Manager (IDM) yang memungkinkan apabila
koneksi terputus kita tidak mendownload file mulai dari awal)
Gambar 1. Paket data yang langsung di
drop saat koneksi dengan node berikutnya terputus.
Dalam jaringan TCP/IP, waktu yang diperlukan dalam
proses pengiriman data juga tidak boleh terlalu lama (short round trips).
Apabila proses pengiriman data terlalu lama akibat beberapa hal, misalnya
karena salah satu router sedang lemot, maka paket data akan didrop. Pada
program ping misalnya, apabila proses pengiriman data terlalu lama, maka program
akan menampilkan balasan “request timed out” (RTO) yang artinya setelah selang
waktu tertentu setelah paket dikirim, tidak ada balasan dari tujuan (perintah
ping mengirim paket ke sebuah node, dan node tersebut mengirimkan balasan).
DTN memperbaiki kemampuan jaringan untuk contoh kasus
seperti contoh di atas. Contohnya, apabila suatu saat salah satu node yang
menjadi router bermasalah, maka jaringan dengan DTN tetap dapat bekerja. Data
akan ditahan di node (router) terakhir yang berfungsi. Selanjutnya paket data
tersebut akan diteruskan ke node berikutnya apabila node berikutnya telah
berfungsi normal. Pada komunikasi dengan delay yang besar, seperti pada
komunikasi data dengan gelombang radio, jaringan dengan DTN juga masih tetap
dapat bekerja.
Latar Belakang
Konsep DTN pertama kali diperkenalkan oleh Kevin Fall
dalam makalah ilmiahnya yang berjudul “A Delay-Tolerant Network Architecture
for Challenged Internets” [1]. Dalam makalah tersebut, Kevin
menyatakan bahwa DTN merupakan arsitektur yang cocok pada jaringan yang
“menantang” (challenged). Maksud dari “menantang” disini adalah jaringan yang
penuh dengan masalah, seperti delay yang lama, koneksi yang sering terputus dan
tingkat error yang tinggi. Contoh jaringan yang menantang antara lain:
- Jaringan dengan media penghantar gelombang radio
(RF). Contohnya adalah jaringan komputer yang menggunakan Handy Talkie
(HT) sebagai sinyal penghantar. Media ini pernah dikembangkan oleh Affan
Basalamah (ITB) yang memanfaatkan jaringan radio amatir untuk akses Internet.
Sinyal RF memiliki jangkauan lebih jauh tetapi juga memiliki tingkat error
akibat noise yang cukup tinggi.
- Jaringan luar angkasa (Interplanetary Network),
konsep jaringan yang memungkinkan akses Internet di luar angkasa.
- Military AdHoc Network. Pasukan militer
seringkali ditempatkan di daerah-daerah terpencil yang tidak berpenghuni
dan tidak ada koneksi memadai. Misalkan di perbatasan Indonesia dengan
Papua Nugini, atau di pulau-pulau terluar Indonesia. Konsep DTN dapat
digunakan untuk membangun jaringan komputer dalam keadaan seperti ini.
- Jaringan Sensor/Aktuator, contohnya pada
penerapan Wireless Sensor Network (WSN).
Dari beberapa contoh jaringan yang disebutkan di atas,
alasan utama terciptanya konsep DTN adalah untuk komunikasi luar angkasa. (Interplanetary
Network). Oleh karena itu, pada perkembangan DTN dari masa ke masa, NASA
(lembaga peneliti luar angkasa AS) selalu ikut berperan besar. Pada
komunikasi luar angkasa, jelas tidak akan dapat dilakukan dengan protokol
TCP/IP. Komunikasi luar angkasa memiliki karakter delay pengiriman yang lama
(akibat jarak yang jauh) dan koneksi end-to-end yang tidak selalu ada (bahkan
tidak pernah).
Misalkan pada pengiriman data dari stasiun bumi ke
sebuah kendaraan luar angkasa (hover) di Mars. Pengiriman data ini memerlukan
beberapa satelit dan stasiun luar angkasa sebagai router. Koneksi end-to-end
hampir mustahil dibangun sehingga pengiriman data dengan TCP/IP tidak mungkin
dilakukan. Yang memungkinkan adalah mengirim data secara bertahap dari satu
node ke node berikutnya, kemudian disimpan. Selanjutnya dapat diteruskan ke
node berikutnya setelah ada koneksi. Dengan DTN, model pengiriman data seperti
ini mungkin untuk dilakukan. Konsep pengiriman data pada Interplanetary
Internet ditunjukkan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Interplanetary Internet
yang terdiri atas beberapa komponen.
Metode store and forward
Bagaimana DTN dapat bekerja pada jaringan yang penuh
dengan hambatan seperti koneksi sering terputus dan tingkat delay yang tinggi?
Jawabannya adalah pada penggunaan metode Store and Forward. Metode Store and
Forward berarti sebuah paket data saat melewati node-node perantara (ex.
router) akan disimpan terlebih dahulu sebelum diteruskan. Hal ini untuk
mengantisipasi seandainya node berikutnya tidak dapat dijangkau (mati) atau ada
kendala yang lain. Ilustrasi konsep Store and Forward ditunjukkan dalam Gambar
3.
Gambar 3. Metode Store and Forward.
Dalam Gambar 3, menunjukkan proses pengiriman data
dari Node A dengan tujuan akhir Node D. Saat melewati Node B dan Node C sebagai
perantara, data disimpan terlebih dahulu sebelum dikirimkan apabila koneksi
dengan Node berikutnya telah siap. Metode Store and Forward berbeda dengan
proses pengiriman data pada TCP/IP. Pada TCP/IP, router hanya menerima data dan
langsung memforward. Akibatnya, jika koneksi putus di suatu tempat, data yang
sedang dalam proses pengiriman tersebut akan hilang.
Metode Store and Forward memiliki konsekuensi yaitu
setiap node harus memiliki media penyimpanan (storage). Storage digunakan untuk
menyimpan data apabila koneksi dengan node berikutnya belum tersedia. Oleh
karena itu, router yang hanya terdiri atas router board seperti yang biasa
dipakai dalam jaringan TCP/IP tidak dapat digunakan dalam jaringan DTN. Router
pada jaringan DTN harus memiliki media penyimpan, contohnya pada router yang
berupa PC.
Dalam DTN, proses Store and Forward dilakukan pada
sebuah layer tambahan yang disebut Bundle layer, dan data yang tersimpan
sementara disebut dengan bundle. Bundle layer adalah sebuah layer tambahan
untuk memodifikasi paket data dengan fasilitas-fasilitas yang disediakan DTN.
Bundle layer terletak langsung di bawah layer aplikasi. Dalam bundle layer,
data dari layer aplikasi akan dipecah-pecah menjadi bundle. Bundle inilah yang
akan dikirim ke transport layer untuk diproses lebih lanjut. Letak bundle layer
ditunjukkan dalam Gambar 4.
Gambar 4. Letak Bundle Layer
Gambar 4 menunjukkan penerapan DTN pada jaringan.
Perlu diketahui bahwa DTN tidak hanya beroperasi di jaringan TCP/IP. Protokol-protokol
pada layer di bawah bundle layer bisa protokol apa saja, tergantung kondisi
jaringan. Oleh karena itu, salah satu fungsi DTN adalah dapat menjadi perantara
jaringan yang berbeda protokol. Misalnya menjadi perantara antara jaringan yang
menggunakan TCP/IP dengan jaringan yang menggunakan Protokol Token Ring.
Prospek DTN di Indonesia
Pada awalnya, penerapan DTN adalah untuk membangun
jaringan komputer di luar angkasa. Hal ini karena akses jaringan ke luar
angkasa sulit dilakukan, dan memiliki banyak hambatan. Pertanyaannya sekarang
adalah, apakah konsep DTN ini menarik untuk ilmuwan dan peneliti di Indonesia?
Apakah kita sudah sedemikian hebatnya sehingga perlu memikirkan membangun
jaringan di luar angkasa?
Menurut saya, pengembangan DTN di Indonesia tidak
perlu untuk diimplementasikan di luar angkasa. Kenapa harus memikirkan jaringan
di luar angkasa, sedangkan di dalam negeri Indonesia saja masih banyak wilayah
yang tidak terjangkau jaringan komputer dan Internet. DTN dapat dikembangkan
untuk membangun jaringan di daerah-daerah terpencil seperti di perbatasan dan
pulau-pulau terluar Indonesia. Dengan tersedianya jaringan dan Internet di
daerah-daerah tersebut akan memberi kontribusi pada kemajuan daerah. Tentu saja
agar Internet dapat bermanfaat di daerah-daerah terpencil tidak hanya
infrastruktur jaringan yang perlu dibangun, tetapi juga ketersediaan perangkat
keras dan dukungan perangkat lunak yang cocok untuk masyarakat daerah tersebut.
Secara umum, butuh kerja keras untuk membangun
jaringan di daerah terpencil, dan secara khusus mengimplementasikan DTN. Tetapi
dalam rangka pemerataan akses informasi kepada seluruh rakyat Indonesia, topik
implementasi DTN untuk akses Internet di daerah terpencil layak untuk diteliti
oleh segenap civitas akademika di seluruh Indonesia.
No comments:
Write komentar