Thursday, March 27, 2014

Pipeline

1. Pengertian Pipeline
Pipeline adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sejumlah kerja secara bersama tetapi dalam tahap yang berbeda yang dialirkan secara kontinu pada unit pemrosesan. Dengan cara ini, maka unit pemrosesan selalu bekerja.
Teknik pipeline ini dapat diterapkan pada berbagai tingkatan dalam sistemkomputer. Bisa pada level yang tinggi, misalnya program aplikasi, sampai pada tingkat yang rendah, seperti pada instruksi yang dijaankan oleh microprocessor.
Pada microprocessor yang tidak menggunakan pipeline, satu instruksi dilakukan sampai selesai, baru instruksi berikutnya dapat dilaksanakan. Sedangkan dalam microprocessor yang menggunakan teknik pipeline, ketika satu instruksi sedangkan diproses, maka instruksi yang berikutnya juga dapat diproses dalam waktu yang bersamaan. Tetapi, instruksi yang diproses secara bersamaan ini, ada dalam tahap proses yang berbeda. Jadi, ada sejumlah tahapan yang akan dilewati oleh sebuah instruksi.
Dengan penerapan pipeline ini pada microprocessor akan didapatkan peningkatan dalam unjuk kerja microprocessor. Hal ini terjadi karena beberapa instruksi dapat dilakukan secara parallel dalam waktu yang bersamaan. Secara kasarnya diharapkan akan didapatkan peningkatan sebesar X kali dibandingkan dengan microprocessor yang tidak menggunakan pipeline, apabila tahapan yang ada dalam satu kali pemrosesan instruksi adalah X tahap.
Karena beberapa instruksi diproses secara bersamaan ada kemungkinan instruksi tersebut sama-sama memerlukan resource yang sama, sehingga diperlukan adanya pengaturan yang tepat agar proses tetap berjalan dengan benar. Sedangkan ketergantungan terhadap data, bisa muncul, misalnya instruksi yang berurutan memerlukan data dari instruksi yang sebelumnya. Kasus Jump, juga perlu perhatian, karena ketika sebuah instruksi meminta untuk melompat ke suatu lokasi memori tertentu, akan terjadi perubahan program counter, sedangkan instruksi yang sedang berada dalam salah satu tahap proses yang berikutnya mungkin tidak mengharapkan terjadinya perubahan program counter.
Teknik pipeline yang diterapkan pada microprocessor, dapat dikatakan sebuah arsitektur khusus. Ada perbedaan khusus antara model microprocessor yang tidak menggunakan arsitektur pipeline dengan microprocessor yang menerapkan teknik ini.
Pada microprocessor yang tidak menggunakan pipeline, satu instruksi dilakukan sampai selesai, baru instruksi berikutnya dapat dilaksanakan. Sedangkan dalam microprocessoryang menggunakan teknik pipeline, ketika satu instruksi sedangkan diproses, maka instruksi yang berikutnya juga dapat diproses dalam waktu yang bersamaan. Tetapi, instruksi yang diproses secara bersamaan ini, ada dalam tahap proses yang berbeda.
Jadi, ada sejumlah tahapan yang akan dilewati oleh sebuah instruksi.
Misalnya sebuah microprocessor menyelesaikan sebuah instruksi dalam 4 langkah. Ketika instruksi pertama masuk ke langkah 2, maka instruksi berikutnya diambil untuk diproses pada langkah 1 instruksi tersebut. Begitu seterusnya, ketika instruksi pertama masuk ke langkah 3, instruksi kedua masuk ke langkah 2 dan instruksi ketiga masuk ke langkah 1.

2. Kenapa komputer menggunakan teknik Pipelining??
·         Drive for computing speed never ends.
·         Improvements from architecture or organization point of view are limited
·         Clock speed enhancement is done, but more improvement should be sought from
·         instruction execution perspective, instead of hardware design
·         Flyn’s Taxonomy : SISD (Single Instruction Single stream of Data), SIMD (Single
·         Instruction Multiple stream of data) or MIMD – Parallel
·         Parallel Processor : may be a solution
·         Use two processors (or more, instead of one) in a computer system
·         How do it runs the code ? (program)
·         Suppose, we have a problem :
C = (A2+ B2)
3. Intruksi pipeline
Tahapan pipeline
·         Mengambil instruksi dan membuffferkannya
·         Ketika tahapn kedua bebas tahapan pertama mengirimkan instruksi yang dibufferkan tersebut
·         Pada saat tahapan kedua sedang mengeksekusi instruksi, tahapan pertama memanfaatkan siklus memori yang tidak dipakai untuk mengambil dan membuffferkan instruksi berikutnya .
Instuksi pipeline:
Karena untuk setiap tahap pengerjaan instruksi, komponen yang bekerja berbeda, maka dimungkinkan untuk mengisi kekosongan kerja di komponen tersebut. Sebagai contoh :
Instruksi 1: ADD  AX, AX
Instruksi 2: ADD EX, CX
Setelah CU menjemput instruksi 1 dari memori (IF), CU akan menerjemahkan instruksi tersebut(ID). Pada menerjemahkan instruksi  1 tersebut, komponen IF tidak bekerja. Adanya teknologi pipeline menyebabkan IF akan menjemput instruksi 2 pada saat ID menerjemahkan instruksi 1. Demikian seterusnya pada saat CU menjalankan instruksi 1 (EX), instruksi 2 diterjemahkan (ID).
Contoh pengerjaan instruksi tanpa pipeline
t =
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ADD AX,AX
IF
DE
IF
DE
EX
ADD BX,CX
IF
DE
IF
DE
EX
Disini instruksi baru akan dijemput jika instruksi sebelumnya telah selesai dilaksanakan.
t =
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
ADD AX,AX
IF
DE
IF
DE
EX
ADD BX,CX
IF
DE
IF
DE
EX
ADD DX,DX
IF
DE
IF
DE
EX
Contoh pengerjaan instruksi dengan pipeline
Disini instruksi baru akan dipanggil setelah tahap IF menganggur (t2).
Dengan adanya pipeline dua instruksi selesai dilaksanakan pada detik keenam (sedangkan pada kasus tanpa pipeline baru selesai pada detik kesepuluh). Dengan demikian telah terjadi percepatan sebanyak 1,67x dari 10T menjadi hanya 6T. Sedangkan untuk pengerjaan 3 buah instruksi terjadi percepatan sebanyak 2, 14 dari 15T menjadi hanya 7T.
Untuk kasus pipeline sendiri, 2 instruksi dapat dikerjakan dalam 6T(CPI = 3) dan instruksi dapat dikerjakan dalam 7T (CPT = 2,3) dan untuk 4 instruksi dapat dikerjakan dalam  8T (CPI =2). Ini berarti utnuk 100 instruksi akan dapat dikerjakan dalam 104T (CPI = 1,04). Pada kondisi  ideal CPI akan harga 1.
4. Permasalahan di (dalam) Instruksi Pipelining
·         VARIASI WAKTU:
Tidak semua tahap memakan waktu yang sama. Ini berarti untuk mendapatkan kecepatan dalam intruksi pipelining sangat ditentukan oleh tahap yang paling lambat. Masalah ini sangat akut dalam memproses instruksi, sejak instruksi yang berbeda memiliki persyaratan
operand waktu proses yang berbeda. Selain itu, diperlukan mekanisme sinkronisasi untuk memastikan bahwa data lewat dari stage ke stage hanya ketika kedua stage siap.
·         DATA BERBAHAYA (DATA HAZARDS):
Ketika beberapa instruksi di eksekusi secara parsial, masalah timbul jika mereka referensi data yang sama. Kita harus memastikan bahwa instruksi selanjutnya tidak berusaha untuk mengakses data lebih cepat dari instruksi sebelumnya, jika ini terjadi akan menyebabkan hasil yang salah. Sebagai contoh, instruksi N +1 tidak harus diperbolehkan untuk mengambil sebuah operand yang belum disimpan oleh instruksi N.
·         PERCABANGAN (BRANCH):
untuk mengambil  instruksi berikutnya, kita harus tahu mana saja yang dibutuhkan, Jika instruksi ini adalah cabang bersyarat (conditional branch) instruksi berikutnya mungkin tidak diketahui sampai saat diproses.
·         JEDA(INTERUPTSI):
interupsi membuat instruksi extra yang tidak terencana untuk masuk kedalam aliran intruksi.  jeda(Interrupt) harus berperan antar instruksi. yaitu, ketika satu instruksi telah selesai dan berikutnya belum dimulai. Dengan pipelining, instruksi berikutnya biasanya dimulai sebelum yang sekarang telah selesai.
Semua masalah ini harus diselesaikan dalam konteks kebutuhan kita untuk mendaatkan kinerja dengan kecepatan tinggi. Jika kita tidak dapat mencapai kecepatan yang cukup, pipelining mungkin tidak sepadan.
5. Beberapa Solusi
Strategi pemecahan masalah diatas adalah sebagai berikut :
·         VARIASI PEMILIHAN WAKTU  (TIMING VARIATIONS)
Untuk memaksimalkan kecepatan, untuk menyeragam,  tahap pertama yang harus dilakukan adalah mekanisme waktu yang diperlukan. Sebuah metode sinkron dapat digunakan,jika tahapan telah dianggap lengkap dari  sejumlah tertentu siklus waktu. Namun, teknik asynchronous secara umum lebih efisien. Bit atau garis sinyal dilewatkan maju ke tahap berikutnya menunjukkan data sudah valid. Sebuah sinyal juga harus lulus kembali dari tahap berikutnya ketika data telah diterima.
Dalam semua kasus harus ada sebuah penyangga antar tahap untuk menyimpan data, kadang-kadang penyangga ini diperluas ke memori yang dapat menyimpan beberapa item data. Setiap tahap harus berhati-hati untuk tidak menerima input data sampai berlaku, dan tidak untuk menghasilkan data output sampai ada ruang dalam penyangga (buffer).
·         DATA BERBAHAYA (DATA HAZARDS)
Untuk melindungi dari data yang berbahaya, perlu untuk menyadari setiap tahap yang digunakan oleh tahap  pipelining yang lebih jauh . Jenis penggunaan juga harus diketahui,  dua pembacaan yang terurut tidak boleh bertentangan dan tidak boleh menyebabkan perlambatan pada pipeline. Namun  akan  ada kemungkinan konflik jika terjadi penulisan.
Pipeline biasanya dilengkapi dengan small associative check memory yang dapat menyimpan alamat dan jenis operasi (read atau write) untuk setiap instruksi yang ada di pipeline. Konsep “alamat(address)t” harus diperluas untuk mengidentifikasi register. Setiap instruksi hanya dapat mempengaruhi sejumlah kecil dari operand,  tapi efek yang tidak langsung addressing tidak boleh diabaikan.
Ketika instruksi bersiap memasuki pipa, alamat operan telah disimpan.Jika ada konflik, instruksi (dan yang di belakangnya) harus menunggu. Ketika ada konflik, instruksi memasuki pipa dan alamat operan disimpan dalam memori cek. Ketika instruksi selesai, alamat ini akan dihapus. memori harus bisa untuk menangani proses pencarian berkecepatan tinggi yangdiperlukan.
·         PERCABANGAN (BRANCHING)
Masalah dalam percabangan adalah pipelining diperlambat oleh instruksi karena kita tidak tahu cabang  yang mana yang harus kita ikuti. Dengan tidak adanya bantuan spesial dalam masalah ini, perlu menunda pemrosesan instruksi  selanjutnya sampai tujuan percabangan diselesaikan. Karena cabang sangat sering, penundaan ini bersifat tidak dapat diterima.
Salah satu solusi yang banyak digunakan, terutama di RISC, adalah menunda percabangan. Dalam metode ini, rangkaian instruksi ini dirangkai sedemikian rupa, sehingga setelah suatuinstruksi, instruksi berikutnya bisa selalu di ekskusi, dan kemudian cabang di hapus. Dengan begitu tiap-tiap cabang harus diikuti oleh satu instruksi yang secara logika mendahuluinya dan diharapkan untuk dieksekusi dalam semua kasus. Hal ini akan memberikan ruang bernafas (istirahat) bagi pipeline. Jika perlu, instruksi ini bisa merupakan suatu no-op, tapi, seringnya penggunaan no-op akan merusak fungsi kecepatan.
Penggunaan teknik ini memerlukan metode pengkodean yang membingungkan bagi progammer, tetapi tidak terlalu sulit bagi generator kode compiler.
Kebanyakan teknik lain menggunakan ekskusi spekulatif, di mana instruksi yang diproses yang tidak dikenal dengan pasti, dianggap sebagai benar. Hal ini harus dihindari, harus dibuang dan tidak di simpan.
Solusi yang biasa digunakan adalah dengan mengikuti cabang yang jelas, yaitu instruksi sekuensial berikutnya, berhati-hati untuk tidak melakukan tindakan yang tidak bisa dirubah. Operan mungkin diambil dan di proses, tetapi tidak akan ada hasil sampai cabang di terjemahkan. Jika pilihan itu salah, dapat di tinggalkan dan cabang alternatif dapat di proses.
Metode ini bekerja dengan cukup baik jika cabang  jelas dan benar. Ketika coding menggunakan pipelined CPU, perawatan harus dilakukan untuk kode cabang (terutama transfer error) sehingga jalur luruslah yang biasanya diambil. Tentu saja, bercabang yang tidak di perlukan harus dihindari.
Kemungkinan lain adalah untuk menyusun kembali program sehingga cabang ada lebih sedikit, misalnya dengan tidak mengikuti jenis loop tertentu. Ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kompiler atau, dalam beberapa kasus, dengan perangkat keras itu sendiri.
Sebuah strategi yang pada umumya di gunakan oleh banyak arsitektur saat ini beberapa jenis prediksi cabang. Hal ini mungkin berdasarkan informasi yang diberikan oleh kompilator atau pada statistik yang dikumpulkan oleh perangkat keras. Tujuaannya adalah membuat perkiraan terbaik apakah cabang tertentu akan diambil atau tidak, dan menggunakan perkiraan ini untuk melanjutkan pipelining.
Solusi yang membutuhkan harga yang lebih,  kadang-kadang digunakan untuk memisahkan pipeline dan memulai memproses kedua cabang. Gagasan ini mendapat perhatian baru dalam beberapa prosesor terbaru.
6. Keuntungan dan Kerugian
Pipelining tidak membantu dalam semua kasus. Ada beberapa kemungkinan kerugian. Pipa instruksi dikatakan sepenuhnya pipelined jika dapat menerima instruksi baru setiap clock cycle. Sebuah pipa yang tidak sepenuhnya pipelined telah menunggu siklus yang menunda kemajuan pipa.
Keuntungan dari Pipelining:
1.     Waktu siklus prosesor berkurang, sehingga meningkatkan tingkat instruksi dalam                         kebanyakan kasus( lebih cepat selesai).
2.     Beberapa combinational sirkuit seperti penambah atau pengganda dapat dibuat lebih cepat dengan menambahkan lebih banyak sirkuit. Jika pipelining digunakan sebagai pengganti, hal itu dapat menghemat sirkuit & combinational yang lebih kompleks.
3.     Pemrosesan dapat dilakukan lebih cepat, dikarenakan beberapa proses dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.
Kekurangan Pipelining:
1.     Pipelined prosesor menjalankan beberapa instruksi pada satu waktu. Jika ada beberapa cabang yang mengalami penundaan cabang (penundaan memproses data) dan akibatnya proses yang dilakukan cenderung lebih lama.
2.     Instruksi latency di non-pipelined prosesor sedikit lebih rendah daripada dalam pipelined setara. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa intruksi ekstra harus ditambahkan ke jalur data dari prosesor pipeline.
3.     Kinerja prosesor di pipeline jauh lebih sulit untuk meramalkan dan dapat bervariasi lebih luas di antara program yang berbeda.
4.     Karena beberapa instruksi diproses secara bersamaan ada kemungkinan instruksi tersebut sama-sama memerlukan resource yang sama, sehingga diperlukan adanya pengaturan yang tepat agar proses tetap berjalan dengan benar.
5.     Sedangkan ketergantungan terhadap data, bisa muncul, misalnya instruksi yang berurutan memerlukan data dari instruksi yang sebelumnya.
6.     Kasus Jump, juga perlu perhatian, karena ketika sebuah instruksi meminta untuk melompat ke suatu lokasi memori tertentu, akan terjadi perubahan program counter, sedangkan instruksi yang sedang berada dalam salah satu tahap proses yang berikutnya mungkin tidak mengharapkan terjadinya perubahan program counter.
.

7. Kesulitan dalam Pipeline
Untuk menerapkan prinsip multi-stage atau mulai saat ini kita namakan pipelining di prosesor, diperlukan organisasi prosesor khusus. Pada dasarnya, prosesor dipartisi menjadi sejumlah unit-unit kecil dengan fungsi spesifik. Setiap unit berperan untuk  menyelesaikan sebagian dari  instruksi-intruksi berikut :
Instruction fetch, decode, operand address calculation, operand fetch, execute dan store result.
Dalam proses di atas terkadang sering terjadi kendala/conflict seperti:
·         Terjadinya pause (Pi), karena adanya data conflict dalam program tersebut
·         Terjadinya data error dikarenakan banyaknya proses yang dilakukan bersamaan
·         Terjadinya pengambilan data secara bersamaan, sehingga salah satu proses tertunda
·         Terjadinya penumpukan data di salah satu intruksi sehingga ada beberapa proses yg di tunda
·         Dengan terjadinya conflict tadi, speed-up yang diperoleh menjadi lebih kecil (lambat) dibandingkan dengan tanpa conclict.

No comments:
Write komentar

Total Pageviews